^_^

Makna Hidup

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 01 Juli 2016

Fire Emblem GBA All Characters



My First Video on Holiday hehe..,, ^_^
Hope you enjoy it,..

Sabtu, 21 Desember 2013

Shalat Sunnah Isyraq dan Keutamaannya

Űčَنْ ŰŁَنَŰłِ Űšْنِ مَŰ§Ù„ِكٍ قَŰ§Ù„َ قَŰ§Ù„َ ۱َŰłُولُ Ű§Ù„Ù„َّهِ -Ű”Ù„Ù‰ Ű§Ù„Ù„Ù‡ Űčليه ÙˆŰłÙ„Ù…- « مَنْ Ű”َلَّى Ű§Ù„ْŰșَŰŻَۧ۩َ فِى ŰŹَمَۧŰčَŰ©ٍ Ű«ُمَّ قَŰčَŰŻَ يَŰ°ْكُ۱ُ Ű§Ù„Ù„َّهَ Ű­َŰȘَّى ŰȘَŰ·ْلُŰčَ Ű§Ù„ŰŽَّمْŰłُ Ű«ُمَّ Ű”َلَّى ۱َكْŰčَŰȘَيْنِ كَŰ§Ù†َŰȘْ لَهُ كَŰŁَŰŹْ۱ِ Ű­َŰŹَّŰ©ٍ وَŰčُمْ۱َŰ©ٍ ». قَŰ§Ù„َ قَŰ§Ù„َ ۱َŰłُولُ Ű§Ù„Ù„َّهِ -Ű”Ù„Ù‰ Ű§Ù„Ù„Ù‡ Űčليه ÙˆŰłÙ„Ù…- « ŰȘَŰ§Ù…َّŰ©ٍ ŰȘَŰ§Ù…َّŰ©ٍ ŰȘَŰ§Ù…َّŰ©ٍ ».
"Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala haji dan umrah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menambahkan: “Sempurna..sempurna..sempurna…”."(HR. At Turmudzi no.589 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani).

Syaikh Mukhtar As Sinqithi memberikan penjelasan hadis ini, bahwa keutamaan ini hanya dapat diraih jika terpenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

1. Shalat subuh secara berjamaah. Sehingga orang yang shalat subuh sendirian tidak termasuk. Mencakup       jamaah di masjid, jamaah di perjalanan, atau di rumah untuk yang udzur tidak pergi ke masjid.

2. Duduk berdzikir. Tidak termasuk duduk tertidur ataupun mengantuk. termasuk berdzikir adalah membaca Al-Qur'an, bershalawat, Istighfar, membaca buku-buku agama, juga amar ma'ruf nahi munkar.

3. Duduk di tempat shalatnya sampai terbit matahari. Ketidakbolehan meninggalkan tempat duduknya membuat perbuatan mengambil Al-Qur'an menghilangkan fadhilah ibadah ini. Karena keutamaan (untuk amalan ini) sangat besar, pahala haji dan umrah “sempurna..sempurna..sempurna” sedangkan maksud (duduk di tempat shalatnya di sini) adalah dalam rangka Ar Ribath (menjaga ikatan satu amal dengan amal yang lain), dan dalam riwayat yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kemudian duduk di tempat shalatnya.” Kalimat ini menunjukkan bahwa dia tidak boleh meninggalkan tempat shalatnya. Dan sekali lagi, untuk mendapatkan fadlilah yang besar ini, orang harus memberikan banyak perhatian dan usaha yang keras, sehingga seorang hamba harus memaksakan dirinya untuk sebisa mungkin menyesuaikan amal ini sebagaimana teks hadis. Ada pendapat lain mengenai mengambil Al-Qur'an ataupun buku, yaitu mangambil Al-Qur'an termasuk halangan secara Syar'i jadi diperbolehkan (dibahas di bawah).

4. Shalat dua rakaatShalat ini dikenal dengan shalat isyraq. Shalat ini dikerjakan setelah terbitnya matahari setinggi tombak. (Syarh Zaadul Mustaqni’ oleh Syaikh Syinqithi 3:68)

Apakah harus duduk ditempat shalatnya?
Penjelasan Syaikh As Sinqithi di atas menunjukkan dengan tegas bahwa beliau mempersyaratkan harus duduk di tempat shalatnya dan tidak boleh geser atau berdiri sedikit pun. Beliau berdalil dengan tambahan riwayat: “…duduk di tempat shalatnya..” Namun sebenarnya ulama berselisih pendapat dalam memahami lafadz: “…duduk di tempat shalatnya…

Al Hafidz Ibn Rajab Al Hambali mengatakan, “Ada perbedaan dalam memahami lafadz ‘..tempat shalatnya..’. Apakah maksudnya itu tempat yang digunakan untuk shalat ataukah masjid yang digunakan untuk shalat?” kemudian Ibn Rajab membawakan hadis riwayat Muslim yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bangkit dari tempat shalat subuh sampai terbit matahari.
Setelah membawakan dalil ini, Ibn Rajab berkomentar, “…dan diketahui bersama bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah duduk di tempat yang beliau gunakan untuk shalat. Karena setelah shalat (wajib), beliau berpaling dan menghadapkan wajahnya kepada para sahabat radhiallahu’anhum. (Fathul BariSyarh Shahih Al Bukhari, Ibn Rajab 5:28).
Mula Ali Al Qori mengatakan, “…kemudian duduk berdzikir… maksudnya adalah terus-menerus di tempatnya dan masjid (yang dia gunakan untuk shalat jamaah subuh). Hal ini tidaklah (menunjukkan) terlarangnya berdiri untuk melakukan thawaf, belajar, atau mengikuti majlis pengajian, selama masih di dalam masjid. Bahkan andaikan orang itu pulang ke rumahnya sambil terus berdzikir sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, dia masih (mendapatkan fadhilah sebagaimana) dalam hadis ini.” (Mirqatul Mafatih, 4:57).
Keterangan Mula Ali Al Qori yang memasukkan orang yang pulang ke rumah selama berdzikir ke dalam hadis ini, bisa dianggap kurang tepat. Karena zhahir hadis secara tegas menunjukkan harus duduk berdzikir di dalam masjid. Sedangkan keterangan Ibn Rajab bolehnya berpindah tempat ketika berdzikir selama masih di dalam masjid lebih mendekati kebenaran. Mengingat tidak adanya persyaratan dalam hadis di atas yang menunjukkan tidak bolehnya bergeser dari tempat yang digunakan untuk shalat.
Akan tetapi, sebagai bentuk kehati-hatian dalam menjaga amal maka ada baiknya jika mengikuti pendapatnya Syaikh As Sinqithy dengan tidak bergeser dari tempat shalatnya. 
Begitulah keutamaan Shalat sunnah yang memiliki prosedur ini, dengan keutamaan menjadikan pahala seperti orang yang naik haji dan umrah sebanyak 3 kali secara sempurna. Alhamdulillah.
Wallahu A'lam.
Semoga Bermanfaat.

Minggu, 15 Desember 2013

Breaking Dulu.....

Hai,.,. cuma break...
dengerin lagu "Kita Bisa" membuat kita lebih semangat dalam segala hal.
tapi jangan lupakan Al-Qur'an ya...?
cuma break...
yang mau download lagunya disini ada.

kalau mau lagu islami juga ada. judulnya insan utama.
semoga bermanfaat....
^_^....

Menghilangkan Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Masalah ini awalnya muncul tampilan "Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions", setelah memposting sebuah artikel, Sebenarnya hal ini terjadi karena ada nya ruang kosong atau spasi sebelum atau sesudah gambar.
Jika ini terjadi pada sebuah artikel, berikut langkah-langkah agar artikel kita kembali normal dan paragraf pertama nya tambil bagus pada blog kita.
Berikut Triksnya, ada yang saya tambahin sedikit sesuai dengan pengalaman saya :
1.                  Tentu saja kita harus loggin dulu pada Blogger.com.
2.                 Setelah itu pilih Menu Edit Entri
3.                 Cari artikel yang bermasalah tadi, kemudian Klik Edit.
4.                 Lihat sebelah atas gambar, biasanya ada ruang kosong atau spasi.
5.                  Klik kan cursor pada ruang kosong tersebut dan tekan "Del" atau "Backspace" pada keyboard Anda.
6.                 Setelah itu terbitkan lagi artikel nya.
7.                  Jika Normal 0 false nya (Errornya) masih keluar, cobalah klik icon HTML sebelah kiri lembar kerja kita, perhatikan HTML yang ada disana kita akan melihat script panjang.
8.                 Delete semua script tadi sampai bertemu dengan awal script HTML gambar. Yaitu hapus dari awal sampai dengan bertemu tulisan seperti ini "<w:BrowserLevel> MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>"
9.                 Setelah didelete kita kembali klik icon Compose, apabila di atas gambar ada tulisan  "<![endif]-->" maka didelete juga dan tekan delete lagi agar gambar dan tulisan mepet keatas atau gak ada baris kosongnya.
10.             Klik Perbarui lagi artikel kita dan lihat hasilnya.
11.               Selesai.

Semoga Triks ini bermanfaat

Kamis, 28 November 2013

Motivasi Berprestasi

‘Motivasi’ dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah dorongan diri melakukan tindakan untuk tujuan tertentu. ‘Prestasi’, hasil yang telah dicapai dengan optimal. Oleh karena itu bisa disimpulkan dorongan diri melakukan tindakan untuk tujuan tertentu dalam mencapai hasil yang optimal.

Bagaimana sih cara kita menumbuhkan motivasi belajar? Beberapa hal yang dapat mempengaruhi dan menumbuhkan motivasi, di antaranya dengan mempunyai SiM-A, bukan surat izin mengemudi lho, tapi... Sikap positif, Menghargai diri, Ambisi, dan Tekad.

(1). Sikap Positif
Sikap dan perkataan positif begitu besarnya memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Begitu juga dengan belajar, tumbuhkan sikap positif pada diri kita untuk dapat berprestasi di sekolah. Bahwa dengan belajar kita ingin berhasil mencapai cita-cita yang kita inginkan, membahagiakan kedua orang tua, dan semua tujuan mulia yang dapat membangkitkan motivasi kita untuk mencapainya.

(2). Menghargai Diri
Orang yang menghargai dirinya sendiri, akan membuatnya termotivasi untuk melakukan sesuatu, karena ia yakin pada potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Tapi, kalau kamu nggak ‘pede’, kamu menjadi tidak yakindengan kemampuan dan keberadaan diri sendiri. Padahal, masing-masing dari kita memiliki bakat dan kemampuan yang luar biasa.

(3). Ambisi dan Tekad
Ambisi dan tekad sangat erat hubungannya dengan motivasi. Perbedaannya sering sulit untuk dijelaskan. Kadangkala kita menanggapi secara negatif orang yang punya ambisi besar. Ambisi perlu dimiliki kalau kita ingin sukses, tapi caranya jangan main sikut aja, dalam arti nggak jujur. Inilah yang sering dikomentari negatif. Tekad sebenarnya mirip dengan ambisi. Dengan tekad akan memperlancar ambisi mencapai sukses. Malahan tekad sering berperan lebih besar ketimbang intelektual kita.

Nah, di bawah ini ada beberapa cerita yang bisa menumbuhkan motivasi dengan menggunakan SiM-A...

Pada suatu saat kamu sedang berada di tepi kolam. Di kedua tanganmu terdapat dua batu kerikil. Di tangan kiri terdapat batu yang tercemar, sehingga kalau kamu melemparkannya ke kolam, maka airnya akan tercemar bahkan sampai generasi mendatang.

Di tangan kanan kamu ada batu pembersih, sehingga kalau kamu melemparkannya ke kolam, maka airnya akan menjadi bersih bahkan sampai beberapa generasi mendatang. Nah, sekarang batu mana yang akan kamu lemparkan?

Ibaratkan batu kerikil sebagai kata-kata yang kita gunakan. Sedangkan air, kita ibaratkan sebagai orang-orang di dalam kehidupan kita. Kalau kita memilih kata-kata yang negatif, maka kata-kata itu tidak hanya akan memcemari pikiran kita dan menghancurkan motivasi kita sendiri, tetapi juga motivasi orang lain, bahkan motivasi beberapa generasi berikutnya.

Sebaliknya, kalau kita memilih kata-kata yang positif, maka kita akan dapat membersihkan pikiran negatif, mendukung, dan memotivasi diri kita maupun orang lain.

Coba deh kita lihat anak kecil atau bayi yang sedang belajar berjalan. Orang tuanya bersorak ngedorong untuk berjalan, mereka bertepuk tangan, memberi kata-kata yang menyemangati. Mereka tidak menunggu dengan bertopang dagu sampai jatuh dan akhirnya memaki “hati-hati dong!”. Wah, kalau seperti itu terbayang deh kita bakalan menangis karena orang tua kita memaki seperti itu. Kenyataannya, orang tua kita malah memberikan dorongan yang positif agar kita dapat terus berjalan.
 
Nah, cerita lain yaitu pentingnya ambisi dan tekad. Ada seorang ilmuwan besar yang bertekad kuat bernama “Ibnu Hajar” (yang secara bahasa artinya adalah “anak batu”). Di masa mudanya ia adalah orang yang sulit belajar. Sampai usianya menjelang 40 tahun ia belum bisa baca tulis.

Di tengah keputusasaannya, ia memperhatikan batu yang keras ternyata berlubang karena tetesan air yang jatuh terus menerus di atas batu tersebut.

Ia lalu bertanya pada dirinya, kalau batu yang sekeras itu bisa kalah dengan tetesan air yang lunak, apakah saya tidak sanggup belajar? Kalau saya belajar sedikit demi sedikit tetapi terus menerus, tentunya otaknya ini dapat ditembus juga seperti batu itu. Dari sinilah timbul tekad “Saya tidak boleh kalah dengan batu. Saya harus bisa”. Akhirnya ia menjadi salah seorang ilmuwan terkemuka dan bergelar “Ibnu Hajar” (anaknya batu).

Ambisi dan tekad untuk mencapai sukses merupakan fakta yang sangat menentukan dalam proses belajar. Dengan begitu juga berarti tidak ada kata terlambat untuk mencapai prestasi. Kalau di sekolah selama ini selalu menjadi murid yang rankingnya tidak memuaskan alias paling belakang, maka kamu belum terlambat untuk memperbaikinya, dangan ambisi dan tekad untuk mencapai yang lebih baik.

Bagaimana, teman-teman sudah siap menumbuhkan motivasi diri?

Sumber : Buku AMPUH Menjadi Cerdas Tanpa Batas

Selasa, 26 November 2013

Menjadikan Kewajiban sebagai Kebutuhan

Hai teman.... kali ini kita akan membahas tentang :

Menjadikan Kewajiban sebagai Kebutuhan

Menurut kamu, beda ngga antara kewajiban dan kebutuhan? Apa bedanya coba? Coba deh kamu pikirin dulu... kalau saya sampaikan bahwa wajib itu berhubungan dengan hukum; hukum itu berhubungan dengan harus; harus itu berhubungan dengan terpaksa; dan terpaksa berhubungan dengan mau ngga mau harus dilakukan, setuju nggak?

Kalau butuh itu berhubungan dengan keperluan mendasar; kebutuhan itu berhubungan dengan sesuatu yang kadang-kadang tidak penting, tetapi tanpa sesuatu itu hal-hal lain tidak dapat kita peroleh. Sehingga kalau kita butuh, maka nggak disuruh pun kita dengan senang hati melakukannya.

Bingung ya? Gini deh... kalau kita mau ulangan umum (khan hukumnya “wajib” tuh...), terus kita ingin ke belakang, maka yang kita dahulukan pasti ke belakang, karena pada saat itu, walaupun ulangan itu penting banget dan wajib hukumnya, tapi buang air kecil adalah kebutuhan karena mendesak waktunya, dan tidak bisa ditunda.

Jadi udah nyambung khan perbedaan antara kewajiban dengan kebutuhan?

Pernah denger istilah “Wajib Belajar 9 Tahun” yang dicanangkan oleh pemerintah (memang pemerintah ini paling hobi kalau segala sesuatunya itu harus bin wajib, soalnya kalau tidak wajib pasti tidak diikuti), kenapa namanya “Wajib Belajar 9 Tahun”? Salah satunya karena tingkat kesadaran masyarakat kita masih sampai pada tahap belajar sebagai kewajiban yang kudu alias harus. Makanya, karena wajib, maka anak-anak didorong-dbabby sitter sampai mereka pulang. Mungkin salah satu akibatnya, karena wajibnya hanya 9 tahun, maka sesudah masa 9 tahun, maka anak-anak pun berhenti belajat. Bebas euy....!

Bagaimana kalau wajib belajar 9 tahun itu diubah menjadi Butuh Belajar Seumur Hidup? Wah kok kedengarannya lucu ya? Pasti deh banyak yang menolak, kecuali kamu yang lagi baca artikel ini.

Kecenderungan memandang belajar sebagai kewajiban, apalagi dibatasi waktu, membuat kita merasa terbebani menuntaskannya dan merasa lega setelah melampaui waktu yang telah ditentukan. Belajar sebagai kewajiban membuat kita nggak punya banyak ruang untuk berekspresi.

Sekarang kita lihat dari sisi yang lain yuk?

Belajar sebagai kebutuhan membawa pandangan baru. Kebutuhan berhubungan dengan keperluan mendasar. Bayi yang masih menyusui belum butuh minuman berenergi, anak kecil yang hobi main kelereng belum butuh handphone. Jadi kebutuhan kadang-kadang serba relatif, tidak berlaku kepada semua orang dengan cara yang sama.

Bagaimana halnya dengan belajar? Apakah bersifat relatif juga? Nah, kalau belajar adalah kebutuhan setiap orang; karena ini menyangkut prinsip, bahwa setiap orang butuh tumbuh, makin pinter, makin pede.

Belajar adalah kewajiban kalau sudah bicara tentang cara, prosedur atau sistem, dan yang pasti ada aturan mainnya dong; kaya main bola aja, aturannya pasti berbeda dengan main basket, iya enggak? Begitu juga dengan sekolah. Sekolah adalah salah satu prosedur belajar. Ada aturan bayar-membayar, hubungan antara guru dan murid, ajar mengajar, dll. Nah masuk area ini ada kewajiban yang harus kita penuhi.

Memahami belajar sebagai kebutuhan lebih dikedepankan ketimbang belajar sebagai kewajiban, karena kita sering kali terlibat dalam ketentuan-ketentuan yang diwajib-wajibkan dan malahan seolah-olah benar-benar dibutuhkan. Kadang-kadang siswa dibebani dengan kewajiban untuk mengikuti kelas, akan tetapi tidak dipenuhi kebutuhan keingintahuannnya, dan dicap sebagai sok tahu ketika mengajukan pertanyaan yang melebihi pengetahuan sang guru (bete khan kalau kita sebenarnya tahu tapi dibilang sok tahu?).

Kewajiban menghasilkan tuntutan, sedangkan kebutuhan menghasilkan tuntunan. Belajar yang menjadi kewajiban menutup kemungkinan untuk melakukannya secara menyenangkan, karena kebanyakan didominasi oleh prosedur. Sedangkan belajar yang menjadi kebutuhan memungkinkan melakukannya secara menyenangkan, seru, dan heboh.

Kalau mau tahu, kaya-nya guru, dosen, dan sekolah yang mewajibkan belajar. Siswa yang membutuhkan belajar(kamu siswa khan?). Mengubah kewajiban menjadi kebutuhan sebenernya nggak sulit-sulit amat. Modalnya cukup dengan menjadikannya sebagai kebiasaan.

Kalau udah jadi kebiasaan mah jadi enak. Nggak akan ada lagi perasaan terpaksa dalam melakukan segala sesuatu. Segalanya serba oke.

Iya, nggak? setuju nggak?

Sumber : Buku AMPUH, Menjadi Cerdas Tanpa Batas.

Minggu, 24 November 2013

Sikap Penting dalam Hidup

Seorang Ibu gembira tatkala menerima telegram dari anaknya yang telah bertahun-tahun menghilang. Apalagi ia adalah anak satu-satunya. Maklumlah anak tersebut pergi ditugaskan perang ke Vietnam pada 4 tahun yang lampau dan sejak 3 tahun yang terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya tersebut. Sehingga diduga bahwa anaknya gugur dimedan perang. Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tersebut. Dalam telegram tersebut tercantum bahwa anaknya akan pulang besok.
Esok harinya telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia, dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya diundang semua. Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal diseluruh ibukota.
Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.
Si Anak: “Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?”
Ibu: “Oh sudah tentu, rumah kita cuma besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan bawalah!”
Si Anak: “Tetapi kawan saya adalah seorang cacat, karena korban perang di Vietnam?”
Ibu: “……oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacad?” – nada suaranya sudah agak menurun
Si Anak: “Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!”
Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: “Asal hanya untuk beberapa hari saja, saya kira tidak jadi masalah?”
Si Anak: “…tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu, kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena sebagian besar hangus terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah dan tubuhnya turut terbakar!”
Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: “Nak lain kali saja kawanmu itu diundang ke rumah kita, untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar saya yang bayar nanti biaya penginapannya!”
Si Anak: “…tetap ia adalah kawan baik saya Bu, saya tidak ingin pisah dari dia!”
Si Ibu: “Cobalah renungkan olehmu nak, ayah kamu adalah seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun orang-orang penting yang berkunjung kerumah kita, apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang cacat dan wajah yang rusak. Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti? Apakah tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak citra binis usaha dari ayahmu nanti.”
Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.
Orang tua dari kedua anak tersebut maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak tersebut tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung, disebabkan temannya tidak boleh datang berkunjung kerumah mereka.
Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit, agar mereka segera datang kesana, karena harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar. Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya pemuda tersebut adalah anaknya sendiri! Untuk membela nama dan status akhirnya mereka kehilangan putera tunggalnya!
Kita akan menilai bahwa orang tua dari anak tersebut kejam dan hanya mementingkan nama dan status mereka saja, tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita lain dari mereka?
Apakah Anda masih tetap mau berkawan
……. dengan orang cacat?
……..yang bukan karena cacat tubuh saja?
……. tetapi cacat mental atau
……..cacat status atau cacat nama atau
……..cacat latar belakang kehidupannya?
Apakah Anda masih tetap mau berkawan dengan orang
…….yang jatuh miskin?
…… yang kena penyakit AIDS?
…….yang bekas pelacur?
…….yang tidak punya rumah lagi?
…….yang pemabuk?
…….yang pencandu?
…….yang berlainan agama?
Renungkanlah jawabannya hanya Anda dan Sang Pencipta saja yang mengetahunya?!
Dan yang paling penting adalah “SIKAP” Kita dalam memandang suatu hal  harus kita ubah menjadi yang lebih baik atau lebih positif.
Karena dengan sikap positif secara otomatis akan menumbuhkan sikap rendah hati, peduli terhadap orang lain dan tentunya hal-hal lain yang lebih baik.

sumber : www.emotivasi.com