^_^

Makna Hidup

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 21 Desember 2013

Shalat Sunnah Isyraq dan Keutamaannya

Űčَنْ ŰŁَنَŰłِ Űšْنِ مَŰ§Ù„ِكٍ قَŰ§Ù„َ قَŰ§Ù„َ ۱َŰłُولُ Ű§Ù„Ù„َّهِ -Ű”Ù„Ù‰ Ű§Ù„Ù„Ù‡ Űčليه ÙˆŰłÙ„Ù…- « مَنْ Ű”َلَّى Ű§Ù„ْŰșَŰŻَۧ۩َ فِى ŰŹَمَۧŰčَŰ©ٍ Ű«ُمَّ قَŰčَŰŻَ يَŰ°ْكُ۱ُ Ű§Ù„Ù„َّهَ Ű­َŰȘَّى ŰȘَŰ·ْلُŰčَ Ű§Ù„ŰŽَّمْŰłُ Ű«ُمَّ Ű”َلَّى ۱َكْŰčَŰȘَيْنِ كَŰ§Ù†َŰȘْ لَهُ كَŰŁَŰŹْ۱ِ Ű­َŰŹَّŰ©ٍ وَŰčُمْ۱َŰ©ٍ ». قَŰ§Ù„َ قَŰ§Ù„َ ۱َŰłُولُ Ű§Ù„Ù„َّهِ -Ű”Ù„Ù‰ Ű§Ù„Ù„Ù‡ Űčليه ÙˆŰłÙ„Ù…- « ŰȘَŰ§Ù…َّŰ©ٍ ŰȘَŰ§Ù…َّŰ©ٍ ŰȘَŰ§Ù…َّŰ©ٍ ».
"Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala haji dan umrah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menambahkan: “Sempurna..sempurna..sempurna…”."(HR. At Turmudzi no.589 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani).

Syaikh Mukhtar As Sinqithi memberikan penjelasan hadis ini, bahwa keutamaan ini hanya dapat diraih jika terpenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

1. Shalat subuh secara berjamaah. Sehingga orang yang shalat subuh sendirian tidak termasuk. Mencakup       jamaah di masjid, jamaah di perjalanan, atau di rumah untuk yang udzur tidak pergi ke masjid.

2. Duduk berdzikir. Tidak termasuk duduk tertidur ataupun mengantuk. termasuk berdzikir adalah membaca Al-Qur'an, bershalawat, Istighfar, membaca buku-buku agama, juga amar ma'ruf nahi munkar.

3. Duduk di tempat shalatnya sampai terbit matahari. Ketidakbolehan meninggalkan tempat duduknya membuat perbuatan mengambil Al-Qur'an menghilangkan fadhilah ibadah ini. Karena keutamaan (untuk amalan ini) sangat besar, pahala haji dan umrah “sempurna..sempurna..sempurna” sedangkan maksud (duduk di tempat shalatnya di sini) adalah dalam rangka Ar Ribath (menjaga ikatan satu amal dengan amal yang lain), dan dalam riwayat yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kemudian duduk di tempat shalatnya.” Kalimat ini menunjukkan bahwa dia tidak boleh meninggalkan tempat shalatnya. Dan sekali lagi, untuk mendapatkan fadlilah yang besar ini, orang harus memberikan banyak perhatian dan usaha yang keras, sehingga seorang hamba harus memaksakan dirinya untuk sebisa mungkin menyesuaikan amal ini sebagaimana teks hadis. Ada pendapat lain mengenai mengambil Al-Qur'an ataupun buku, yaitu mangambil Al-Qur'an termasuk halangan secara Syar'i jadi diperbolehkan (dibahas di bawah).

4. Shalat dua rakaatShalat ini dikenal dengan shalat isyraq. Shalat ini dikerjakan setelah terbitnya matahari setinggi tombak. (Syarh Zaadul Mustaqni’ oleh Syaikh Syinqithi 3:68)

Apakah harus duduk ditempat shalatnya?
Penjelasan Syaikh As Sinqithi di atas menunjukkan dengan tegas bahwa beliau mempersyaratkan harus duduk di tempat shalatnya dan tidak boleh geser atau berdiri sedikit pun. Beliau berdalil dengan tambahan riwayat: “…duduk di tempat shalatnya..” Namun sebenarnya ulama berselisih pendapat dalam memahami lafadz: “…duduk di tempat shalatnya…

Al Hafidz Ibn Rajab Al Hambali mengatakan, “Ada perbedaan dalam memahami lafadz ‘..tempat shalatnya..’. Apakah maksudnya itu tempat yang digunakan untuk shalat ataukah masjid yang digunakan untuk shalat?” kemudian Ibn Rajab membawakan hadis riwayat Muslim yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bangkit dari tempat shalat subuh sampai terbit matahari.
Setelah membawakan dalil ini, Ibn Rajab berkomentar, “…dan diketahui bersama bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah duduk di tempat yang beliau gunakan untuk shalat. Karena setelah shalat (wajib), beliau berpaling dan menghadapkan wajahnya kepada para sahabat radhiallahu’anhum. (Fathul BariSyarh Shahih Al Bukhari, Ibn Rajab 5:28).
Mula Ali Al Qori mengatakan, “…kemudian duduk berdzikir… maksudnya adalah terus-menerus di tempatnya dan masjid (yang dia gunakan untuk shalat jamaah subuh). Hal ini tidaklah (menunjukkan) terlarangnya berdiri untuk melakukan thawaf, belajar, atau mengikuti majlis pengajian, selama masih di dalam masjid. Bahkan andaikan orang itu pulang ke rumahnya sambil terus berdzikir sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, dia masih (mendapatkan fadhilah sebagaimana) dalam hadis ini.” (Mirqatul Mafatih, 4:57).
Keterangan Mula Ali Al Qori yang memasukkan orang yang pulang ke rumah selama berdzikir ke dalam hadis ini, bisa dianggap kurang tepat. Karena zhahir hadis secara tegas menunjukkan harus duduk berdzikir di dalam masjid. Sedangkan keterangan Ibn Rajab bolehnya berpindah tempat ketika berdzikir selama masih di dalam masjid lebih mendekati kebenaran. Mengingat tidak adanya persyaratan dalam hadis di atas yang menunjukkan tidak bolehnya bergeser dari tempat yang digunakan untuk shalat.
Akan tetapi, sebagai bentuk kehati-hatian dalam menjaga amal maka ada baiknya jika mengikuti pendapatnya Syaikh As Sinqithy dengan tidak bergeser dari tempat shalatnya. 
Begitulah keutamaan Shalat sunnah yang memiliki prosedur ini, dengan keutamaan menjadikan pahala seperti orang yang naik haji dan umrah sebanyak 3 kali secara sempurna. Alhamdulillah.
Wallahu A'lam.
Semoga Bermanfaat.

Minggu, 15 Desember 2013

Breaking Dulu.....

Hai,.,. cuma break...
dengerin lagu "Kita Bisa" membuat kita lebih semangat dalam segala hal.
tapi jangan lupakan Al-Qur'an ya...?
cuma break...
yang mau download lagunya disini ada.

kalau mau lagu islami juga ada. judulnya insan utama.
semoga bermanfaat....
^_^....

Menghilangkan Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Masalah ini awalnya muncul tampilan "Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions", setelah memposting sebuah artikel, Sebenarnya hal ini terjadi karena ada nya ruang kosong atau spasi sebelum atau sesudah gambar.
Jika ini terjadi pada sebuah artikel, berikut langkah-langkah agar artikel kita kembali normal dan paragraf pertama nya tambil bagus pada blog kita.
Berikut Triksnya, ada yang saya tambahin sedikit sesuai dengan pengalaman saya :
1.                  Tentu saja kita harus loggin dulu pada Blogger.com.
2.                 Setelah itu pilih Menu Edit Entri
3.                 Cari artikel yang bermasalah tadi, kemudian Klik Edit.
4.                 Lihat sebelah atas gambar, biasanya ada ruang kosong atau spasi.
5.                  Klik kan cursor pada ruang kosong tersebut dan tekan "Del" atau "Backspace" pada keyboard Anda.
6.                 Setelah itu terbitkan lagi artikel nya.
7.                  Jika Normal 0 false nya (Errornya) masih keluar, cobalah klik icon HTML sebelah kiri lembar kerja kita, perhatikan HTML yang ada disana kita akan melihat script panjang.
8.                 Delete semua script tadi sampai bertemu dengan awal script HTML gambar. Yaitu hapus dari awal sampai dengan bertemu tulisan seperti ini "<w:BrowserLevel> MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>"
9.                 Setelah didelete kita kembali klik icon Compose, apabila di atas gambar ada tulisan  "<![endif]-->" maka didelete juga dan tekan delete lagi agar gambar dan tulisan mepet keatas atau gak ada baris kosongnya.
10.             Klik Perbarui lagi artikel kita dan lihat hasilnya.
11.               Selesai.

Semoga Triks ini bermanfaat

Kamis, 28 November 2013

Motivasi Berprestasi

‘Motivasi’ dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah dorongan diri melakukan tindakan untuk tujuan tertentu. ‘Prestasi’, hasil yang telah dicapai dengan optimal. Oleh karena itu bisa disimpulkan dorongan diri melakukan tindakan untuk tujuan tertentu dalam mencapai hasil yang optimal.

Bagaimana sih cara kita menumbuhkan motivasi belajar? Beberapa hal yang dapat mempengaruhi dan menumbuhkan motivasi, di antaranya dengan mempunyai SiM-A, bukan surat izin mengemudi lho, tapi... Sikap positif, Menghargai diri, Ambisi, dan Tekad.

(1). Sikap Positif
Sikap dan perkataan positif begitu besarnya memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Begitu juga dengan belajar, tumbuhkan sikap positif pada diri kita untuk dapat berprestasi di sekolah. Bahwa dengan belajar kita ingin berhasil mencapai cita-cita yang kita inginkan, membahagiakan kedua orang tua, dan semua tujuan mulia yang dapat membangkitkan motivasi kita untuk mencapainya.

(2). Menghargai Diri
Orang yang menghargai dirinya sendiri, akan membuatnya termotivasi untuk melakukan sesuatu, karena ia yakin pada potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Tapi, kalau kamu nggak ‘pede’, kamu menjadi tidak yakindengan kemampuan dan keberadaan diri sendiri. Padahal, masing-masing dari kita memiliki bakat dan kemampuan yang luar biasa.

(3). Ambisi dan Tekad
Ambisi dan tekad sangat erat hubungannya dengan motivasi. Perbedaannya sering sulit untuk dijelaskan. Kadangkala kita menanggapi secara negatif orang yang punya ambisi besar. Ambisi perlu dimiliki kalau kita ingin sukses, tapi caranya jangan main sikut aja, dalam arti nggak jujur. Inilah yang sering dikomentari negatif. Tekad sebenarnya mirip dengan ambisi. Dengan tekad akan memperlancar ambisi mencapai sukses. Malahan tekad sering berperan lebih besar ketimbang intelektual kita.

Nah, di bawah ini ada beberapa cerita yang bisa menumbuhkan motivasi dengan menggunakan SiM-A...

Pada suatu saat kamu sedang berada di tepi kolam. Di kedua tanganmu terdapat dua batu kerikil. Di tangan kiri terdapat batu yang tercemar, sehingga kalau kamu melemparkannya ke kolam, maka airnya akan tercemar bahkan sampai generasi mendatang.

Di tangan kanan kamu ada batu pembersih, sehingga kalau kamu melemparkannya ke kolam, maka airnya akan menjadi bersih bahkan sampai beberapa generasi mendatang. Nah, sekarang batu mana yang akan kamu lemparkan?

Ibaratkan batu kerikil sebagai kata-kata yang kita gunakan. Sedangkan air, kita ibaratkan sebagai orang-orang di dalam kehidupan kita. Kalau kita memilih kata-kata yang negatif, maka kata-kata itu tidak hanya akan memcemari pikiran kita dan menghancurkan motivasi kita sendiri, tetapi juga motivasi orang lain, bahkan motivasi beberapa generasi berikutnya.

Sebaliknya, kalau kita memilih kata-kata yang positif, maka kita akan dapat membersihkan pikiran negatif, mendukung, dan memotivasi diri kita maupun orang lain.

Coba deh kita lihat anak kecil atau bayi yang sedang belajar berjalan. Orang tuanya bersorak ngedorong untuk berjalan, mereka bertepuk tangan, memberi kata-kata yang menyemangati. Mereka tidak menunggu dengan bertopang dagu sampai jatuh dan akhirnya memaki “hati-hati dong!”. Wah, kalau seperti itu terbayang deh kita bakalan menangis karena orang tua kita memaki seperti itu. Kenyataannya, orang tua kita malah memberikan dorongan yang positif agar kita dapat terus berjalan.
 
Nah, cerita lain yaitu pentingnya ambisi dan tekad. Ada seorang ilmuwan besar yang bertekad kuat bernama “Ibnu Hajar” (yang secara bahasa artinya adalah “anak batu”). Di masa mudanya ia adalah orang yang sulit belajar. Sampai usianya menjelang 40 tahun ia belum bisa baca tulis.

Di tengah keputusasaannya, ia memperhatikan batu yang keras ternyata berlubang karena tetesan air yang jatuh terus menerus di atas batu tersebut.

Ia lalu bertanya pada dirinya, kalau batu yang sekeras itu bisa kalah dengan tetesan air yang lunak, apakah saya tidak sanggup belajar? Kalau saya belajar sedikit demi sedikit tetapi terus menerus, tentunya otaknya ini dapat ditembus juga seperti batu itu. Dari sinilah timbul tekad “Saya tidak boleh kalah dengan batu. Saya harus bisa”. Akhirnya ia menjadi salah seorang ilmuwan terkemuka dan bergelar “Ibnu Hajar” (anaknya batu).

Ambisi dan tekad untuk mencapai sukses merupakan fakta yang sangat menentukan dalam proses belajar. Dengan begitu juga berarti tidak ada kata terlambat untuk mencapai prestasi. Kalau di sekolah selama ini selalu menjadi murid yang rankingnya tidak memuaskan alias paling belakang, maka kamu belum terlambat untuk memperbaikinya, dangan ambisi dan tekad untuk mencapai yang lebih baik.

Bagaimana, teman-teman sudah siap menumbuhkan motivasi diri?

Sumber : Buku AMPUH Menjadi Cerdas Tanpa Batas

Selasa, 26 November 2013

Menjadikan Kewajiban sebagai Kebutuhan

Hai teman.... kali ini kita akan membahas tentang :

Menjadikan Kewajiban sebagai Kebutuhan

Menurut kamu, beda ngga antara kewajiban dan kebutuhan? Apa bedanya coba? Coba deh kamu pikirin dulu... kalau saya sampaikan bahwa wajib itu berhubungan dengan hukum; hukum itu berhubungan dengan harus; harus itu berhubungan dengan terpaksa; dan terpaksa berhubungan dengan mau ngga mau harus dilakukan, setuju nggak?

Kalau butuh itu berhubungan dengan keperluan mendasar; kebutuhan itu berhubungan dengan sesuatu yang kadang-kadang tidak penting, tetapi tanpa sesuatu itu hal-hal lain tidak dapat kita peroleh. Sehingga kalau kita butuh, maka nggak disuruh pun kita dengan senang hati melakukannya.

Bingung ya? Gini deh... kalau kita mau ulangan umum (khan hukumnya “wajib” tuh...), terus kita ingin ke belakang, maka yang kita dahulukan pasti ke belakang, karena pada saat itu, walaupun ulangan itu penting banget dan wajib hukumnya, tapi buang air kecil adalah kebutuhan karena mendesak waktunya, dan tidak bisa ditunda.

Jadi udah nyambung khan perbedaan antara kewajiban dengan kebutuhan?

Pernah denger istilah “Wajib Belajar 9 Tahun” yang dicanangkan oleh pemerintah (memang pemerintah ini paling hobi kalau segala sesuatunya itu harus bin wajib, soalnya kalau tidak wajib pasti tidak diikuti), kenapa namanya “Wajib Belajar 9 Tahun”? Salah satunya karena tingkat kesadaran masyarakat kita masih sampai pada tahap belajar sebagai kewajiban yang kudu alias harus. Makanya, karena wajib, maka anak-anak didorong-dbabby sitter sampai mereka pulang. Mungkin salah satu akibatnya, karena wajibnya hanya 9 tahun, maka sesudah masa 9 tahun, maka anak-anak pun berhenti belajat. Bebas euy....!

Bagaimana kalau wajib belajar 9 tahun itu diubah menjadi Butuh Belajar Seumur Hidup? Wah kok kedengarannya lucu ya? Pasti deh banyak yang menolak, kecuali kamu yang lagi baca artikel ini.

Kecenderungan memandang belajar sebagai kewajiban, apalagi dibatasi waktu, membuat kita merasa terbebani menuntaskannya dan merasa lega setelah melampaui waktu yang telah ditentukan. Belajar sebagai kewajiban membuat kita nggak punya banyak ruang untuk berekspresi.

Sekarang kita lihat dari sisi yang lain yuk?

Belajar sebagai kebutuhan membawa pandangan baru. Kebutuhan berhubungan dengan keperluan mendasar. Bayi yang masih menyusui belum butuh minuman berenergi, anak kecil yang hobi main kelereng belum butuh handphone. Jadi kebutuhan kadang-kadang serba relatif, tidak berlaku kepada semua orang dengan cara yang sama.

Bagaimana halnya dengan belajar? Apakah bersifat relatif juga? Nah, kalau belajar adalah kebutuhan setiap orang; karena ini menyangkut prinsip, bahwa setiap orang butuh tumbuh, makin pinter, makin pede.

Belajar adalah kewajiban kalau sudah bicara tentang cara, prosedur atau sistem, dan yang pasti ada aturan mainnya dong; kaya main bola aja, aturannya pasti berbeda dengan main basket, iya enggak? Begitu juga dengan sekolah. Sekolah adalah salah satu prosedur belajar. Ada aturan bayar-membayar, hubungan antara guru dan murid, ajar mengajar, dll. Nah masuk area ini ada kewajiban yang harus kita penuhi.

Memahami belajar sebagai kebutuhan lebih dikedepankan ketimbang belajar sebagai kewajiban, karena kita sering kali terlibat dalam ketentuan-ketentuan yang diwajib-wajibkan dan malahan seolah-olah benar-benar dibutuhkan. Kadang-kadang siswa dibebani dengan kewajiban untuk mengikuti kelas, akan tetapi tidak dipenuhi kebutuhan keingintahuannnya, dan dicap sebagai sok tahu ketika mengajukan pertanyaan yang melebihi pengetahuan sang guru (bete khan kalau kita sebenarnya tahu tapi dibilang sok tahu?).

Kewajiban menghasilkan tuntutan, sedangkan kebutuhan menghasilkan tuntunan. Belajar yang menjadi kewajiban menutup kemungkinan untuk melakukannya secara menyenangkan, karena kebanyakan didominasi oleh prosedur. Sedangkan belajar yang menjadi kebutuhan memungkinkan melakukannya secara menyenangkan, seru, dan heboh.

Kalau mau tahu, kaya-nya guru, dosen, dan sekolah yang mewajibkan belajar. Siswa yang membutuhkan belajar(kamu siswa khan?). Mengubah kewajiban menjadi kebutuhan sebenernya nggak sulit-sulit amat. Modalnya cukup dengan menjadikannya sebagai kebiasaan.

Kalau udah jadi kebiasaan mah jadi enak. Nggak akan ada lagi perasaan terpaksa dalam melakukan segala sesuatu. Segalanya serba oke.

Iya, nggak? setuju nggak?

Sumber : Buku AMPUH, Menjadi Cerdas Tanpa Batas.

Minggu, 24 November 2013

Sikap Penting dalam Hidup

Seorang Ibu gembira tatkala menerima telegram dari anaknya yang telah bertahun-tahun menghilang. Apalagi ia adalah anak satu-satunya. Maklumlah anak tersebut pergi ditugaskan perang ke Vietnam pada 4 tahun yang lampau dan sejak 3 tahun yang terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya tersebut. Sehingga diduga bahwa anaknya gugur dimedan perang. Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tersebut. Dalam telegram tersebut tercantum bahwa anaknya akan pulang besok.
Esok harinya telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia, dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya diundang semua. Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal diseluruh ibukota.
Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.
Si Anak: “Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?”
Ibu: “Oh sudah tentu, rumah kita cuma besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan bawalah!”
Si Anak: “Tetapi kawan saya adalah seorang cacat, karena korban perang di Vietnam?”
Ibu: “……oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacad?” – nada suaranya sudah agak menurun
Si Anak: “Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!”
Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: “Asal hanya untuk beberapa hari saja, saya kira tidak jadi masalah?”
Si Anak: “…tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu, kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena sebagian besar hangus terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah dan tubuhnya turut terbakar!”
Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: “Nak lain kali saja kawanmu itu diundang ke rumah kita, untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar saya yang bayar nanti biaya penginapannya!”
Si Anak: “…tetap ia adalah kawan baik saya Bu, saya tidak ingin pisah dari dia!”
Si Ibu: “Cobalah renungkan olehmu nak, ayah kamu adalah seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun orang-orang penting yang berkunjung kerumah kita, apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang cacat dan wajah yang rusak. Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti? Apakah tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak citra binis usaha dari ayahmu nanti.”
Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.
Orang tua dari kedua anak tersebut maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak tersebut tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung, disebabkan temannya tidak boleh datang berkunjung kerumah mereka.
Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit, agar mereka segera datang kesana, karena harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar. Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya pemuda tersebut adalah anaknya sendiri! Untuk membela nama dan status akhirnya mereka kehilangan putera tunggalnya!
Kita akan menilai bahwa orang tua dari anak tersebut kejam dan hanya mementingkan nama dan status mereka saja, tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita lain dari mereka?
Apakah Anda masih tetap mau berkawan
……. dengan orang cacat?
……..yang bukan karena cacat tubuh saja?
……. tetapi cacat mental atau
……..cacat status atau cacat nama atau
……..cacat latar belakang kehidupannya?
Apakah Anda masih tetap mau berkawan dengan orang
…….yang jatuh miskin?
…… yang kena penyakit AIDS?
…….yang bekas pelacur?
…….yang tidak punya rumah lagi?
…….yang pemabuk?
…….yang pencandu?
…….yang berlainan agama?
Renungkanlah jawabannya hanya Anda dan Sang Pencipta saja yang mengetahunya?!
Dan yang paling penting adalah “SIKAP” Kita dalam memandang suatu hal  harus kita ubah menjadi yang lebih baik atau lebih positif.
Karena dengan sikap positif secara otomatis akan menumbuhkan sikap rendah hati, peduli terhadap orang lain dan tentunya hal-hal lain yang lebih baik.

sumber : www.emotivasi.com

Keutamaan kalimat Tasbih

                Salah satu kalimat kalimat dzikir yang sangat besar pahalanya disisi Allah adalah kalimat tasbih (kalimat meagungkan dan mensucikan Allah SWT). Berikut beberapa keutamaan kalimat tasbih yang dapat kami sampaikan dalam kajian ini.


Pertama, 

     Mendapatkan ampunan semua dosa, baik yang telah lewat maupun yang baru saja terjadi, dan bahkan dapat memberatkan timbangan amal baik nanti dihadapan Allah ta'ala. Rasulullah Saw. Bersabda:
 "Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah tetapi sangat memberatkan timbangan (amal) dan sangat disukai Allah adalah Subhanallahi wa bihamdihi, subhanallahil adziim (Artinya "Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha suci Allah yang Maha Agung").   (Hadits)


Kedua, 

    Dapat menghapus atau menghilangkan dosa-dosa orang yang biasa mengucapkan. 
Nabi Saw. Bersabda: "Apakah salah seorang tidak sanggup untuk mengusahakan seribu kebaikan setiap hari?" Maka ditanyakan kepada beliau: "Bagaimana hal itu dapat diusahakan ya Rasulullah"? Beliau berkata; "Yaitu bertasbih kepada Allah 100 kali, dengan tasbih tersebut dicatatat 1.000 kebaikan untuknya dan dihapuskan dari padanya 100 keburukan (dosa)". (H.R. Muslim)


Ketiga, 

    Tasbih adalah salah satu ucapan yang paling disukai Allah: 
Perkataan yang paling disukai Allah ada empat, yaitu: Subhanallah (Maha Suci Allah), wallhamdulillah (segala puji bagi Allah), dan Laaila ha illallahu wallahu akbar (tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar). (H.R. Muslim)


Keempat, 

    Allah Swt menjanjikan balasan surga bagi orang yang membiasakan diri mengucapkan tasbih. 
"Barangsiapa yang mengucapkan Subhanallah wa bihamdihi (Maha Suci Allah dengan puji-Nya), maka ditanamkan sebatang pohon kurma di surga" (H.R. Tarmidzi)


Kelima, 

    Ucapan tasbih dapat menjadi salah satu alat bukti (kesaksian) bagi perbuatan seseorang pada hari kiamat.
 "Hendaklah kamu sekalian membaca tasbih, tahlil, dan taqdis (penyucian), maka janganlah kamu lalai dan ikatan dengan jari-jari, karena sesungguhnya bacaan-bacaan itu dijadikan mampu untuk berbicara (memberikan kesaksian pada hari kiamat)" (H.R. Abu Daud, at-Tarmidzi dan al-Hakim).
Tasbih merupakan kalimat yang ringan dan mudah untuk diucapkan, tetapi mendapat pahala yang sangat besar di sisi Allah Swt.
 "Ada dua kalimat yang ringan atas lidah, tetapi berat di atas timbangan dan dicintai oleh Allah Yang Maha Pemurah, yaitu Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallahil adzim (Maha Suci Allah Yang Maha Agung)". (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
    Begitulah keutamaan dzikir. Sangat banyak dan sangat utama manfaatnya. Oleh karena itu di manapun dan kapanpun kita diharuskan berdzikir kepada-Nya supaya hati tenang dan tentram dan menghindarkan kita dari semua bentuk kemaksiatan yang menyengsarakan. Sebaik-baik perkataan adalah perkataan dzikir seburuk buruk perkataan adalah perkataan musyrik dan maksiat. Maka seorang mukmin tidak akan menyibukkan dirinya untuk mengucapkan kata-kata sia-sia seperti mencela, mengumpat, berbohong, berkata-kata kotor dsb. Mengingat jatah hidup di dunia ini terbatas dan perkataan jelek itu besar dosanya. Kemudian lebih menyibukkan diri kepada kalimat dzikir yang sangat besar manfaatnya.

Wallahu'alam

Ada yang mau menambahkan ?
Sumber : dulrohman.blogspot.com

Jendela Rumah Sakit

Dua orang yang mempunyai penyakit serius menempati kamar yang sama di rumah sakit.
Pasien pertama, setiap siang hari dibolehkan duduk selama satu jam supaya cairan yang ada di paru-parunya cepat hilang dan tempat tidurnya terletak di sebelah jendela satu-satunya di kamar itu. Sedang Pasien kedua hanya dapat berbaring di atas punggungnya setiap hari.
Kedua orang ini berbicara tentang istri, keluarga, rumah tangga, pekerjaan dan keterlibatan mereka dalam tugas-tugas militer.
Setiap siang, ketika pasien yang dekat jendela duduk, ia menghabiskan waktunya bercerita kepada teman sekamarnya tentang semua yang ia lihat dari balik jendela.
Teman sekamarnya selama satu jam hidup dalam dunia yang lebih luas. Kegiatan dan warna dunia luar membuatnya lebih bergairah hidup.
Jendela itu menghadap ke taman yang di dalamnya ada telaga yang indah.
Angsa dan itik bermainan di atas air sementara anak-anak melayarkan kapal-kapal mainannya. Sepasang kekasih jalan bergandeng tangan di antara bunga-bunga yang berwarna-warni seperti pelangi.
Pohon tua yang besar menambah indahnya pemandangan.
Garis bayangan kota terlihat di kejauhan. Setiap kali pasien yang di dekat jendela menjelaskan semuanya secara indah dan rinci, teman sekamarnya memejamkan mata membayangkan pemandangan itu.
Suatu siang, pasien yang di dekat jendela menceritakan parade yang lewat.
Meskipun teman sekamarnya sama sekali tidak mendengar suara drum band, tapi ia dapat melihat parade itu dalam pikirannya karena temannya menggambarkannya dengan jelas.
Waktu terus berputar tiada henti.
Suatu pagi, perawat yang datang membawakan air untuk mandi mereka mendapati tubuh pasien dekat jendela sudah tidak bernyawa.
Ia meninggal dengan penuh kedamaian dalam tidurnya.
Perawat yang selama ini telah merawatnya merasa sedih.
Ia memanggil karyawan rumah sakit untuk memindahkan mayat itu.
Setelah menganggap layak waktunya, pasien yang lain bertanya apakah ia boleh pindah ke dekat jendela.
Perawat tidak keberatan dengan pergantian tempat ini.
Setelah merasa bahwa sang pasien telah berbaring dengan nyaman di sebelah jendela, sang perawat pergi meninggalkannya sendiri.
Perlahan-lahan dengan menahan sakit, pasien itu menggunakan sikunya agar tubuhnya naik dan dapat melongok ke jendela.
Akhirnya ia bakal melihat pemandangan indah itu dengan mata kepalanya sendiri.
Ia tegangkan badannya lalu perlahan-lahan berputar untuk melihat ke jendela.
Betapa kagetnya ketika ia mengetahui bahwa di balik jendela itu hanya tembok belaka.
Si pasien lalu menceritakan kejadian yang dialaminya kepada perawat.
“Apa gerangan yang membuat teman sekamarku berbuat demikian?” Tanya si pasien kepada perawat.
“Lelaki itu sesungguhnya buta, tembok yang ada di seberang jendela itu pun tak dapat dilihatnya.” 
“Mungkin ia ingin memberimu semangat hidup !”. Jelas si perawat.

Sumber : heartframe.wordpress.com (Hikmah dari Seberang oleh Drs. Abu Abdillah Al-Husainy)

NIKMATnya Rasa Sakit

Rasa sakit tidak selamanya tak berharga, sehingga harus selalu dibenci. Sebab, mungkin saja rasa sakit itu justru akan mendatangkan kebaikan bagi seseorang.

                Bisanya, ketulusan sebuah doa muncul tatkala rasa sakit mendera. Demikian pula dengan ketulusan tasbih yang senantiasa terucap saat rasa sakit terasa. Adalah jerih payah dan beban berat saat menuntut ilmulah yang telah mengantarkan seorang pelajar menjadi ilmuwan terkemuka. Ia telah bersusah payah di awal perjalanannya, sehingga ia bisa menikmati kesenangan di akhirnya. Usaha keras orang penyair memilih kata-kata untuk bait-bait syairnya telah menghasilkan sebuah karya sastra yang sangat menawan. Ia, dengan hati, urat syaraf, dan‘ibrah, contoh-contoh dan petunjuk.
darahnya, telah larut bersama kerja kerasnya itu, sehingga syair-syairnya mampu menggerakkan perasaan dan menggoncangkan hati. Upaya keras seorang penulis telah menghasilkan tulisan yang sangat menarik dan penuh dengan
                Lain halnya dengan seorang pelajar yang senang hidup foya-foya, tidak aktif, tak pernah terbelit masalah, dan tidak pula pernah tertimpa musibah. Ia akan selalu menjadi orang yang malas, enggan bergerak, dan mudah putus asa.
                Seorang penyair yang tidak pernah merasakan pahitnya berusaha dan tidak pernah mereguk pahitnya hidup, maka untaian qasidah-qasidah-nya hanya akan terasa seperti kumpulan kata-kata murahan yang tak bernilai. Sebab, qasidah-qasidah-nya hanya keluar dari lisannya, bukan dari perasaannya. Apa yang dia utarakan hanya sebatas penalarannya saja, dan bukan dari hati nuraninya.
                Contoh pola kehidupan yang paling baik adalah kehidupan kaum mukminin generasi awal. Yaitu, mereka yang hidup pada masa-masa awal kerasulan, lahirnya agama, dan di awal masa perutusan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh, hati yang baik, bahasa yang bersahaja, dan ilmu yang luas. Mereka merasakan keras dan pedihnya kehidupan. Mereka pernah merasa kelaparan, miskin, diusir, disakiti, dan harus rela meninggalkan semua yang dicintai, disiksa, bahkan dibunuh. Dan karena semua itu pula mereka menjadi orang-orang pilihan. Mereka menjadi tanda kesucian, panji kebaikan, dan simbol pengorbanan.

{Yang demikian itu ialah karena mereka tertimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskan bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.}
{QS. At-Taubah : 120)
Di dunia ini banyak orang yang berhasil mempersembahkan karya terbaiknya dikarenakan mau bersusah payah. Al Mutanabbi, misalnya, ia sempat mengidap rasa demam yang amat sangat sebelum berhasil menciptakan syair yang indah berikut ini:
Wanita yang mengunjungiku seperti memendam malu,
ia hanya mengunjungiku di gelap malam
Syahdan, an-Nubighah sempat diancam akan dibunuh ole Nu’man ibn Al-Munzir sebelum akhirnya mempersembahkan bait syair berikut ini:
Engkau matahari, dan raja-raja yang lain bintang-bintang,
tatkala engkau terbit ke permukaan,
bintang-bintang itu pun lenyap tenggelam
Di dunia ini, banyak orang yang kaya karena terlebih dahulu bersusah payah dalam masa mudanya. Oleh karena itu, tak usah bersedih bila Anda harus bersusah payah, dan tak usah takut dengan beban hidup, sebab mungkin saja beban hidup itu akan menjadi kekuatan bagimu serta akan menjadi sebuah kenikmatan pada suatu hari nanti. Jika Anda hidup dengan hati yang berkobar, cinta yang membara, dan jiwa yang menggelora, akan lebih baik dan lebih terhormat daripada harus hidup dengan perasaan yang dingin, semangat yang layu, dan jiwa yang lemah.

{Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.”}
(QS. At-Taubah : 46)
                Saya teringat seorang penyair yang senantiasa menjalani kesengsaraan hidup, menanggung cobaan yang tidak ringan, dan mengenyam pahitnya perpisahan. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia sempat melantunka qasidah yang indah, segar dan jujur. Dialah Malik ibn ar-Rayyib. Ia meratapi dirinya:
                      Tidakkah kau lihat aku menjual kesesatan dengan hidayah
                dan aku menjadi seorang pasukan Ibnu Affan yang berperang
                Alangkah indahnya aku, tatkala aku biarkan anak-anakku
                taat dengan mngorbanka kebun dan semua harta-hartaku
                Wahai kedua sahabat perjalananku, kematian semakin dekat
                berhentilah di tempat tinggi sebab aku akan tinggal malam ini
                Tinggallah bersamaku malam ini atau setidaknya malam ini
                jangan kau buat lari ia, telah jelas yang akan menimpa
                Goreslah tempat tidurku dengan ujung gerigi
                dan kembalikan ke depan mataku kelebihan selendangku
                Jangan kau iri, semoga Allah memberkahi kau berdua
                dari tanah yang demikian lebar, semoga semakin meluas untukku

                Demikianlah, ungkapan-ungkapannya demikian syahdu, penyesalan yang sengat berat untuk diucapkan, dan teriakan yang memilukan. Itu semua menggambarkan betapa kepedihan itu meluap dari hati sang penyair yang mengalami sendiri kepedihan dan kesengsaraan hidup. Ia tak ubahnya seorang penasehat yang juga pernah merasakan apa yang ia ucapkan. Dan, biasanya, perkataan atau nasehat orang seperti itu akan mudah masuk ke dalam relung kalbu dan meresap ke dalam ruh yang paling dalam. Semua itu adalah karena ia mengalami sendiri kehidupan pahit dan beban berat yang ia bicarakan.

{Maka, Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu munurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).}
(QS. Al-Fath : 18 )
                Jangan cela orang yang sedang kasmaran
                hingga belitan keras deritamu berada dalam derita dirinya

                Saya banyak menjumpai syair-syair terasa sangat dingin, tidak hidup, dan tidak ada ruhnya. Itu, bisa jadi karena kata-kata yang teruntai dalam bait-bait tersebut bukan terbit dari sebuah pengalaman pribadi sang penyair, tetapi suatu dikarang dan direka-reka dalam aura kesenangan. Karya-karya yang demikian itu tak ubahnya dengan potongan-potongan es dan bongkahan-bongkahan tanah; dingin dan tawar.
                Saya juga pernah membaca karangan-karangan yang berisi nasehat-nasehat yang sedikitpun tak mampu menggerakkan ujung rambut orang yang mendengarkannya dan tidak mampu menggerakkan satu titik atom pun dalam tubuhnya. Semua itu, tak lain karena nasehat-nasehat itu tidak terucap dari mulut seseorang yang langsung pernah mengalami dan menghayati sendiri suatu kesedihan dan kesengsaraan.
{Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya.}
(QS. Ali ‘Imraan : 167)
                Agar ucapan dan syair Anda dapat menyentuh hati pembacanya, masuklah terlebih dahulu ke dalamnya. Sentuhlah, rasakanlah dan resapilah niscaya Anda akan mampu memberikan sentuhan ke tengah masyarakat.
{Kemudian, apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.}

(QS. Al-Hajj : 5)

Betulkah ?

Sumber : Buku La Tahzan Jangan Bersedih. Karya : DR. Aidh al-Qarni.

Pahala Muadzin

MENGUMANDANGKAN azan berarti mengajak kebaikan. Jika shalat merupakan kebaikan yang paling tinggi, maka azan merupakan ajakan yang paling baik. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menjanjikan pahala baginya dengan diampuni dosanya sepanjang jangkauan suaranya. Selain itu, orang yang gemar azan, di akhirat kelak lehernya akan menjadi lebih panjang di atas rata-rata sehingga dengan itu mereka akan dikenal. Seluruh makhluk yang pernah mendengar azannya akan bersaksi di akhirat kelak, baik manusia, binatang, maupun benda mati.
Kiranya, untuk mengetahui keutamaan orang yang suka melakukan azan (muazin), cukuplah kita membaca firman Allah SWT, Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih .... (Q.S. Fushshilat [41] : (33). Di antara orang yang menyeru kepada mengingat Allah adalah orang yang mengumandangkan azan, karena ia memberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba dan mengajak orang-orang untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid.
Ketauhilah! Orang yang mengajak pada kebaikan akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mengajak pada kejahatan yang akan mendapatkan dosa. Orang yang mengajak pada kebaikan, pahalanya seperti orang yang melakukan kebaikan itu secara langsung. Orang yang mengajak pada kejahatan pun, dosanya seperti dosa orang yang melakukan kejahatan itu secara langsung. Begitulah sabda Rasulullah SAW.

Bayangkan! Kalau jumlah orang yang mendengar azan lalu datang ke masjid itu mencapai seratus orang, berapa besar pahala yang akan diterima orang yang azan itu? Itu yang harus kita perhatikan. Tidak layak kita mengira bahwa orang yang suka azan itu orang yang statusnya sekelas pesuruh. Padahal, ia adalah orang yang setiap saat menebarkan kebaikan dan menunaikan kebaikan.
Masih adakah kesempatan mengajak kebaikan (shalat) bagi orang yang tidak berkesempatan mengumandangkan azan? Kalau kita sedang bercanda dengan teman-teman, lalu tiba-tiba terdengar azan, ajaklah teman-teman untuk melaksanakan shalat jamaah di masjid. Ali bin Abu Thalib ketika perjalanan menuju masjid menjelang shubuh, dia membangunkan orang-orang sepanjang jalan yang dilaluinya dengan mengucapkan “ash-shalah! ash-shalah!” agar mereka dapat melaksanakan shalat jamaah shubuh di masjid.

Rasulullah SAW bersabda, ”Seandainya orang-orang mengetahui pahala azan lalu mereka harus antri menunggu giliran untuk melakukannya, niscaya mereka akan menunggu giliran itu. Maka, hendaknya di masjid-masjid ditetapkan muazin tetap dan imam tetap agar rutinitas azan tidak terganggu dan shalat jamaahnya tidak terputus.”
Ada yang punya pendapat lain?

Sumber : Buku Mutiara Shalat Berjamaah.